Kecukupan
nutrisi tubuh ayam berpengaruh besar terhadap produktivitas dan hal
itu sangat berkaitan erat dengan fungsi kerja saluran pencernaan.
Saluran pencernaan yang berfungsi secara optimal akan mampu
memaksimalkan nilai pemanfaatan ransum melalui proses pencernaan dan
penyerapan nutrisi. Namun bagaimana jika organ dan saluran
pencernaan mengalami gangguan baik karena faktor infeksius maupun non
infeksius? Dalam kesempatan ini akan kami jabarkan bahasan tentang
gangguan pencernaan ayam, terutama akibat infeksi bakterial (oleh
bakteri,red).
Dampak
akibat Gangguan Pencernaan
Kerugian
utama adanya gangguan pada organ dan saluran pencernaan ayam tentunya
berupa terganggunya penyerapan nutrisi yang berdampak pada hambatan
pertumbuhan dan penurunan produksi telur. Mortalitas dan morbiditas
ayam juga akan meningkat. Gangguan pencernaan akibat infeksi
bakterial misalnya akan menyebabkan saluran pencernaan tidak dapat
bekerja dengan baik. Hal lain berakibat pada terjadinya
immunosuppresif. Beberapa mekanisme terjadinya immunosuppresif
ini ialah :
- Kerusakan jaringan mukosa usus menyebabkan proses pencernaan dan penyerapan zat nutrisi tidak optimal. Akibatnya terjadi defisiensi nutrisi sehingga pembentukan antibodi terganggu
- Mukosa usus dan seka tonsil merupakan bagian dari sistem kekebalan lokal di saluran pencernaan. Kerusakan kedua organ ini mengakibatkan ayam lebih rentan terinfeksi penyakit lainnya
- Di sepanjang jaringan mukosa usus terdapat jaringan limfoid penghasil antibodi (IgA), dimana IgA tersebut akan terakumulasi di dalam darah. Kerusakan mukosa usus akan mengakibatkan keluarnya plasma dan sel darah merah sehingga kadar IgA, sebagai benteng pertahananan di lapisan permukaan usus pun menurun
Gangguan
Pencernaan Akibat Infeksi Bakteri
Sepanjang
tahun 2010, kasus-kasus penyakit yang berdampak pada gangguan saluran
pencernaan ayam cukup tinggi bermunculan di lapangan, baik pada ayam
pedaging maupun ayam petelur. Penyakit seperti necrotic enteritis
terutama menyerang usus ayam, sedangkan penyakit bakterial lain
seperti colibacillosis, kolera dan pullorum merusak hampir semua
sistem organ dari tubuh ayam, tidak terkecuali organ pencernaan. Dari
data yang dihimpun oleh tim Technical Service Medion (2010),
diketahui bahwa penyakit colibacillosis, kolera dan pullorum masih
sering menyerang di peternakan. Sebagian kasus penyakit pencernaan
tersebut bersifat oportunis. Artinya bahwa secara normal
mikroorganisme penyebab penyakit ada di dalam usus dalam jumlah yang
terkendali, akan tetapi saat kondisi ayam menurun akibat stres dll,
mikroorganisme tadi bisa berkembang menjadi patogen.
Melihat
kondisi cuaca yang seringkali berubah secara drastis saat ini,
kondisi tubuh ayam cenderung menurun akibat stres dan pertahanan
tubuhnya menjadi tidak optimal sehingga semakin memperbesar peluang
munculnya penyakit. Hal itu terutama sangat sensitif terjadi di masa
brooding, dimana peternak kurang memperhatikan dinamika suhu.
Tidak optimumnya kondisi di masa brooding akan berakibat tidak
optimalnya pertumbuhan periode selanjutnya dan ayam rentan terhadap
penyakit.
Tabel
1. Persentase Penyakit Ayam Pedaging 2010
Tabel
2. Persentase Penyakit Ayam Petelur di 2010
Musim
hujan yang masih terjadi disebagian besar wilayah Indonesia pun
secara tidak langsung berperan dalam menyebarkan bibit penyakit ke
peternakan. Penyebaran bibit penyakit bisa melalui litter,
feses dan air minum ayam yang terkontaminasi bibit penyakit.
Berikut
penjelasan beberapa penyakit bakterial yang berdampak pada gangguan
pencernaan :
- Infeksi Bakteri Clostridium sp.Berbagai bakteri Clostridium sp. secara luas banyak terdapat di tanah dan air. Banyak pula spesies Clostridium yang hidup normal dalam saluran pencernaan ayam. Necrotic enteritis (NE) merupakan penyakit yang disebabkan oleh Clostridium perfringens tipe A atau C dan menyebabkan kerusakan di saluran percernaan, terutama di usus.
Usus
halus yang terinfeksi NE
Sumber : www.csiro.au
Sumber : www.csiro.au
Semua
jenis ayam pada semua umur dapat terinfeksi NE namun paling sering
menyerang umur 2-6 minggu pada ayam petelur dan umur 2-5 minggu
pada ayam pedaging (Technical
Service,
2010). Secara normal, di dalam usus ayam sehat terdapat bakteri C.
perfringens
dalam jumlah yang aman (tidak menyebabkan terjadinya outbreak
penyakit, red).
Saat kondisi ayam buruk dan didukung dengan kondisi lingkungan yang
tidak nyaman (tantangan agen penyakit banyak,red)
maka outbreak
NE dapat terjadi.
Munculnya
kasus NE biasanya dipicu oleh serangan koksidosis. Koksidiosis
merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh protozoa (bersel
tunggal) dari genus Eimeria
sp. Saat koksidiosis menyerang, akan terjadi perdarahan dan
kerusakan jaringan ileum (usus halus) serta peningkatan penguraian
air tubuh sehingga dihasilkan banyak oksigen. Meningkatnya oksigen
akan memicu bakteri aerob, seperti C.
perfringens
meningkat populasinya dan berlanjut dengan serangan necrotic
enteritis.
Penggantian ransum secara mendadak dan penggunaan beberapa jenis
bahan baku ransum, seperti tepung ikan, gandum dan barley
yang melebihi batas juga dapat mempercepat peningkatan populasi C.
perfringens
di dalam usus. Kerusakan usus oleh koksidiosis, menyebabkan usus
tidak dapat bekerja menyerap nutrisi sehingga terjadi akumulasi
nutrisi di dalam usus. Nutrisi tersebut kemudian dimanfaatkan oleh
bakteri C.
perfringens untuk
berkembangbiak meningkatkan populasinya.
Infeksi
NE diawali dengan gejala klinis penurunan nafsu makan, depresi, bulu
berdiri, ayam terlihat bergerombol dan diare. Infeksi NE juga
ditandai oleh feses agak encer berwarna merah kecoklatan (seperti
warna buah pepaya) disertai dengan cairan asam urat yang keluar
bersama feses. Kadang feses juga bercampur dengan sejumlah material
ransum yang tidak tercerna secara sempurna.
Dari
hasil bedah bangkai akan ditemukan adanya nekrosa pada mukosa usus
halus dan terjadi perubahan dimana usus menjadi rapuh dan mengalami
distensi (penggelembungan) akibat pembentukan gas dan kadang
dijumpai perdarahan. Selain kerusakan pada usus, NE juga dapat
mengakibatkan hati mengalami pembengkakan, keras, pucat dan terdapat
bintik-bintik. Kantung empedu juga membesar dan rapuh.
- Infeksi Escherichia coliInfeksi Escherichia coli (E. coli) pada ayam dikenal dengan istilah colibacillosis. Bakteri E.coli merupakan bakteri yang normal hidup pada saluran pencernaan ayam dan dari jumlah tersebut 10-15% merupakan E. coli yang berpotensi menjadi patogen. Colibacillosis dapat berperan sebagai infeksi primer maupun sekunder mengikuti serangan penyakit yang lain, seperti CRD dan korisa. Jika dilihat dari umur serangan, maka pada ayam pedaging, colibacillosis lebih sering menyerang di umur 22-28 hari, sedangkan pada ayam petelur di umur > 3 minggu (Technical Service Medion, 2010).Bakteri E. coli tinggi konsentrasinya di dalam feses yaitu sekitar 106 tiap gram feses. Bakteri E. coli tersebut kemudian menyebar dan mengkontaminasi debu, litter dan air minum. Penyebaran E. coli melalui air minum memang lebih dominan dan menjadi sorotan karena air minum merupakan media yang mudah membawa E. coli masuk ke dalam tubuh ayam.
Coligranuloma
yang menyerang usus ayam
Sumber : Dok. Medion
Sumber : Dok. Medion
Infeksi
colibacillosis bisa bersifat lokal atau sistemik dengan berbagai
bentuk. Bentuk infeksi lokal colibacillosis terdiri dari omphalitis,
cellulitis, diare dan salpingitis. Sedangkan bentuk
infeksi sistemik colibacillosis terdiri dari colisepticemia,
panopthalmitis, meningitis dan coligranuloma.
Dari semua bentuk colibacillosis tersebut yang lebih spesifik
menyerang saluran pencernaan ialah bentuk diare dan coligranuloma.
Salah
satu gejala klinis infeksi E. coli pada ayam yang dapat
diamati adalah adanya diare berwarna kuning. Gejala klinis tersebut
diikuti pula oleh perubahan patologi anatomi, dimana pada
colibacillosis bentuk diare ditemukan usus yang mengalami peradangan
(enteritis), sedangkan pada coligranuloma ditemukan adanya
granuloma (bungkul-bungkul) pada hati, sekum, duodenum dan
penggantung usus.
- Infeksi Pasteurella multocidaInfeksi Pasteurella multocida pada ayam sering dikenal dengan penyakit kolera (fowl cholera). Dari penanganan kasus di lapangan oleh Technical Service Medion (tahun 2010) dilaporkan bahwa kolera menempati peringkat 1 pada ranking penyakit ayam petelur dan sering menyerang diumur > 35 minggu. Mortalitas dan morbiditas kolera berkisar antara 0- 20%. Kejadian kolera unggas di Indonesia lebih bersifat sporadik. Ledakan penyakit ini sangat erat hubungannya dengan berbagai faktor pemicu stres seperti fluktuasi suhu, kelembaban, pindah kandang, potong paruh, perlakuan vaksinasi yang tidak benar, transportasi, pergantian ransum yang mendadak serta penyakit immunosuppressive.
Peradangan
usus (enteritis) akibat kolera
Sumber : Dok. Medion
Sumber : Dok. Medion
Gejala
klinis kolera terlihat dari penurunan nafsu makan, lesu, bulu
mengalami kerontokan, diare yang awalnya encer kekuningan,
lama-kelamaan akan berwarna kehijauan disertai mucus
(lendir), peningkatan frekuensi pernapasan, daerah muka, jengger dan
pial membesar.
Perubahan
patologi anatomi yang ditimbulkan oleh penyakit ini bervariasi sesuai
dengan derajat keparahannya. Pada kolera bentuk akut, terlihat berupa
perdarahan petechial pada berbagai organ visceral
terutama pada jantung, hati, paru-paru, lemak jantung maupun lemak
abdominal. Selain itu juga sering ditemukan perdarahan berupa
petechial dan ecchymosis pada mukosa usus. Hal ini
disebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler akibat aktivitas
endotoksin. Hati juga akan terlihat membesar dan terdapat bintik
putih. Untuk kolera bentuk kronis, ditandai dengan adanya infeksi
lokal yang dapat ditemukan pada persendian tarsometatarsus,
bursa sternalis, telapak kaki, rongga peritonium dan oviduk.
Salah
satu serangan kolera mengakibatkan hati
membengkak dan terdapat
bintik putih
Sumber : Dok. Medion
Sumber : Dok. Medion
- Infeksi Salmonella sp.Infeksi ayam oleh Salmonella sp. bisa mengakibatkan timbulnya beberapa penyakit yaitu avian paratyphoid, fowl typhoid dan pullorum. Diantara ketiga jenis penyakit tersebut, pullorum merupakan penyakit yang lebih sering menginfeksi, terutama pada ayam pedaging. Penyakit pullorum ini identik dengan berak kapur dan sering menyerang pada anak ayam.
Kotoran
putih pada dubur anak ayam pada kasus pullorum
Sumber : anonymous
Sumber : anonymous
Kematian
bisa mencapai 80% dan puncak kematian pada umur 2-3 minggu setelah
menetas. Dari gejala klinis, ayam akan terlihat ngantuk, lemah,
kehilangan nafsu makan dan diikuti dengan kematian mendadak. Anak
ayam kerapkali “menciap” kesakitan ketika sedang buang
kotoran. Kotoran tersebut berwarna putih menyerupai kapur (pasta)
dan terkadang menempel pada dubur ayam. Perubahan bedah bangkai akan
terlihat adanya nekrosis (kematian jaringan) pada hati serta
terkadang hati mengalami pembengkakan. Pada saluran pencernaan
tampak bintik-bintik putih terutama pada mesenterium
(penggantung usus,red)
dan otot ventrikulus. Adanya komplikasi dengan CRD atau korisa
menyebabkan ayam menunjukkan gejala klinis berupa gangguan
pernapasan seperti ngorok dan keluar lendir dari hidung.
Bungkul
putih pada usus akibat infeksi Salmonella sp.
Sumber : anonymous
Sumber : anonymous
Penularan
Penyakit Pencernaan
Penyakit
infeksi saluran pencernaan oleh bakteri dapat menular secara langsung
maupun tidak langsung. Secara langsung melalui kontak dengan ayam
sakit, sedangkan secara tidak langsung melalui kontak dengan pekerja
kandang atau peralatan (alat-alat kandang, ransum, air minum dll)
yang tercemar oleh bakteri. Pada kasus pullorum, penyakit dapat
ditularkan secara vertikal yaitu melalui telur kemudian menyebar
dalam mesin penetasan dan meluas sesuai dengan distribusi anak ayam
yang ditetaskan dari mesin penetas yang tercemar tersebut.
Pada
kasus penularan secara tidak langsung, bibit penyakit masuk ke dalam
tubuh ayam diawali dengan tertelannya bakteri tersebut bersama ransum
atau air minum yang terkontaminasi. Kemudian bakteri dalam tubuh ayam
(saluran pencernaan) memperbanyak diri dalam usus, menembus dinding
usus dan masuk ke dalam aliran darah. Bakteri dalam darah akan
berkembang sampai menjadi septikemia (bertahannya bakteri
dalam darah) yang merupakan ciri dari kejadian infeksi penyakit akut.
Bakteri
yang terdapat di dalam usus dapat menyebabkan peradangan dan
penghancuran lapisan usus. Selain itu, bakteri juga akan menghasilkan
toksin yang dapat mengganggu proses penyerapan nutrisi oleh usus dan
mengakibatkan peningkatan peristaltik usus, yang akhirnya terjadilah
gejala diare.
Bakteri
yang secara normal berada di dalam saluran pencernaan ayam pun bisa
ikut menginfeksi. Hal ini dipicu oleh kondisi ayam yang menurun,
sedangkan bakteri terus bertambah konsentrasinya. Konsentarsi bakteri
yang tinggi dalam usus bisa dikeluarkan melalui feses dan dapat
menginfeksi ayam lain.
Tindakan
Pengobatan dan Penanganan
Tindakan
pengobatan yang dapat dilakukan jika ayam sudah terlanjur terserang
penyakit infeksi saluran pencernaan di atas, antara lain :
- Segera pisahkan ayam yang positif terinfeksi NE, colibacillosis, kolera dan pullorum tersebut
- Untuk mengatasi serangan NE, obati dengan Ampicol, Doxytin, Koleridin atau Neo Meditril. Sedangkan saat terjadi komplikasi antara NE dan koksidiosis, obat yang dapat diberikan antara lain Therapy atau Duoko
- Untuk menangani colibacillosis, obat yang dapat digunakan diantaranya Ampicol, Amoxitin, Coliquin, Neo Meditril, Proxan-S, Tycotil, Therapy atau Trimezyn (pilih salah satu)
- Pada kasus serangan pullorum, dapat dilakukan pengobatan dengan memberikan Proxan-S, Koleridin, Therapy, Trimezyn-S atau Vita Tetra Chlor (pilih salah satu) yang diberikan sesuai dosis dan aturan pakai
- Untuk kasus infeksi kolera, lakukan tindakan pengobatan berdasarkan tingkat keparahan penyakit, jumlah populasi ayam dan umur kejadian penyakit. Untuk kasus kolera ringan, dapat diberikan antibiotik yang dapat diaplikasikan melalui air minum seperti Amoxitin, Proxan-S atau Coliquin. Sedangkan jika kejadian kolera sudah parah maka pilihlah antibiotik yang diberikan secara suntikan seperti Gentamin, Medoxy LA, Medoxy-L atau Vet Strep
- Untuk semua kasus penyakit, setelah dilakukan pengobatan, berikan vitamin seperti Vita Stress, Fortevit atau Vita Strong untuk membantu mempercepat proses kesembuhan (recovery)
Tindakan
Pencegahan dan Pengendalian
Pengobatan
suatu penyakit tidak akan berhasil optimal tanpa didukung biosecuriti
dan manajemen pemeliharaan yang bagus. Adapun prinsip untuk mencegah
penyakit diantaranya :
1. Mengurangi
populasi bibit penyakit di sekitar ayam
Dalam
mengurangi bibit penyakit yang ada di sekitar ayam maka langkah yang
dapat ditempuh antara lain :
- Istirahat kandang minimal selama 2 minggu dihitung setelah kandang sudah dalam keadaan bersih dan didesinfeksi. Hal ini bertujuan untuk memutus siklus hidup bibit penyakit
Lakukan istirahat kandang minimal 2 minggu
Sumber : Dok. Medion
Sumber : Dok. Medion
- Lakukan desinfeksi kandang kosong dengan Sporades atau Formades. Pada 3 hari sebelum chicks in, lakukan kembali penyemprotan kandang beserta peralatannya baik tempat ransum maupun tempat minum dengan menggunakan Medisep
2. Mencegah kontak antara bibit penyakit dengan ayam
Untuk
mendukung langkah pengurangan konsentrasi bibit penyakit, maka perlu
dilakukan pencegahan kontak antara bibit penyakit dengan ayam.
Langkah pencegahan tersebut dengan cara :
- Mengatur lalu lintas karyawan, pekerja, tamu, kendaraan, hewan piaraan maupun hewan liar yang bisa menjadi sumber penularan
- Melakukan sanitasi air minum menggunakan Antisep, Neo Antisep atau Medisep minimal 3x seminggu
Antisep, Neo Antisep dan Medisep merupakan
produk-produk antiseptika Medion
Sumber : Dok. Medion
Sumber : Dok. Medion
- Pemberantasan vektor pembawa penyakit seperti tikus dan lalat dengan menggunakan insektisida
3. Meningkatkan
daya tubuh ayam
Ketahanan
tubuh ayam paling utama ditentukan oleh faktor ransum yang didukung
dengan kondisi lingkungannya.
- Lakukan monitoring terhadap konsumsi ransum. Penggantian ransum hendaknya dilakukan secara berkala (periodik). Untuk kasus NE, batasi pemakaian tepung ikan, gandum dan barley (jangan berlebih)
- Perhatikan suhu, kelembaban, ventilasi, kepadatan kandang serta kualitas litter atau sekam. Dalam manajemen litter, lakukan pembolak-balikan litter untuk mencegah litter basah. Pada masa brooding, pembolak-balikan litter dilakukan secara teratur setiap 3-4 hari sekali mulai umur 4 hari sampai umur 14 hari. Segera ganti litter yang basah dan menggumpal. Jika jumlah yang menggumpal sedikit, maka dapat dipilah dan dikeluarkan dari kandang. Namun jika jumlah litter yang menggumpal atau basah sudah banyak, lebih baik tumpuk dengan litter yang baru hingga yang menggumpal tidak tampak
Hindari litter basah dan menggumpal
Sumber : Dok. Medion
Sumber : Dok. Medion
Untuk
meningkatkan daya tahan tubuh maka dapat dilakukan pemberian
multivitamin berupa Fortevit maupun Vita Stress yang
dapat diberikan
melalui air minum. Selain meningkatkan daya tahan tubuh, vitamin
juga berfungsi dalam membantu pertumbuhan dan mengatasi stres,
mencegah penyakit akibat kekurangan vitamin serta mampu memperbaiki
efisiensi ransum.
Fortevit
dan Vita Stress merupakan produk-produk vitamin Medion
Sumber : Dok. Medion
Sumber : Dok. Medion
Kasus
gangguan pencernaan pada ayam disebabkan oleh berbagai faktor,
seperti adanya infeksi penyakit bakterial. Oleh karena itu tindakan
manajemen kesehatan dan pemeliharaan sangat dibutuhkan untuk
mengendalikan kasus gangguan agar tidak timbul kerugian yang lebih
banyak. Salam.
Casino Queen Casino, Queens - Mapyro
BalasHapusCasino Queen 순천 출장샵 Casino, Queens 정읍 출장샵 - 진주 출장안마 Address, 대전광역 출장마사지 Phone number, Reviews: 3131 S. 밀양 출장마사지 Pkwy, Queens, Queens, Queens, Queens, United States.